KKN adalah istilah/singkatan yang sudah sangat akrab di telinga kita, di Negara tercinta Republik Indonesia istilah KKN sering di kenal dengan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang berkonotasi pencuri kerah putih, di dunia per-film-an KKN di kenal dengan Kura-kura Ninja sebuah film yang mngasyikaan untuk di tonton oleh anak-anak tahun ’90 an, kemudian di dunia kampus istilah KKN juga akrab sebagai sebuah singkatan dari Kuliah Kerja Nyata, sebuah mata kuliah yang harus di penuhi oleh mahasiswa sebagai syarat tamat. Istilah terakhirlah yang ingin penulis coba fakuskan dalam tulisan ini.
Kata KKN (istilah mahasiswa) yang pada akhirnya berkonotasi negative karena banyaknya tindakan Korupsi Kolusi Nepotisme oleh pejabat di negeri ini, akhirnya Perguruan Tinggi dan mahasiswa merubah istilah aktivitas KKN mereka dengan sebutan yang berbeda-beda antara tiap Perguruan Tinggi seperti, KUKERTA dll, namun walaupun sebutan KKN itu dirubah, namun tetap saja istilah KKN itu tetap melekat jika aktivitas itu dilakukan oleh mahasiswa.
Dalam KKN mahasiswa akan terjun langsung kelapangan yang biasanya di tempat-tempat terpelosok, beraktivitas bersama masyarakat, merasakan kehidupan bermasyarakat, memaknai kearifan local. Ini dilakukan oleh mahasiswa yang sudah habis mata kuliahnya, biasanya dilakukan selama 2 bulan ditengah-tengah masyarakat dalam berbagai program. Dengan dunia mahasiswa yang penuh dengan teori dan rumus kemudian masyarakat yang bergelut dengan kenyataan, interaksi dua golongan ini tentu memberikan input dan out put tersendiri.
Menarik sebenarnya jika kita amati KKN ini, masyarakat yang di datangi oleh mahasiswa KKN biasa akan memberikan motivasi tersendiri bagi masyarakat setempat karena mahasiswa datang dengan segudang program dan angan-angan. Begitu juga bagi mahasiswa itu sendiri mendapatkan pelajaran berharga dalam hal, budaya santun, hormat menghormati, Budaya Gotong Royong dan kebersamaan, serta pengetahuan teknis yang akan lebih banyak berguna bagi mahasiswa kelak. Singkatnya KKN merupakan potensi bagi kemajuan mahasiswa dan masyarakat kita, jika memang mediasi ini dikemas lebih baik.
Mahasiswa sebagai regenarasi yang memiliki nilai-nilai intelektual tentu membutuhkan pengetahuan ril di lapangan bersama masyarakat. Jika dalam dunia pendidikan ada istilah ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik yang harus di asah oleh anak didik, dunia KKN memberikan ketiga ranah itu bagi mahasiswa.
Jika kita analisa pada masyarakat yang dikunjungi oleh mahasiswa KKN terlihat lebih banyak mahasiswa KKN yang mendapatkan ilmu dibanding masyarakatnya, padahal dalam istilah Perguruan Tinggi ada Tridarma Perguruan Tinggi yaitu keilmuan, penelitian, dan pengabdian masyarakat, ketika KKN ini adalah wujud darma ketiga Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat.
Kenapa mahasiswa yang lebih merasa bermanfaat dan tidak begitu pada masyarakat??? Hal ini banyak factor, bisa jadi dikarenakan memang kapasitas mahasiswa didikan Perguruan Tinggi kita tidak siap dengan dunia nyata, atau memang KKN hanya sebuah aktifitas serimonial saja tanpa evaluasi yang mendalam untuk kemajuan aktivitas kedepan, atau kerjasama Pemerintah dan Perguruan Tinggi belum optimal membahas KKN yang merupakan kegiatan potensial bagi kemajuan masyarakat ini.
Sepulang KKN kita sangat jarang mendengar hasil penelitian yang berkaitan kerifan local dimana mahasiswa berkaitan KKN, atau juga kita tidak pernah mendengar laporan pasti buat pemangku kebijakan bagaimana keadaan sesungguhnya masyarakat setempat dan hal apa yang harus direkomendasikan buat kemajuan masyarakat tersebut.
Aktifitas KKN jelas adalah sebuah program yang memberikan Benifet yang besar sementara cost sangat kecil, karena ribuan mahasiswa KKN tidaklah di gaji, mereka pergi kepelosok daerah yang jarang terjangkau oleh pemerintah.
Untuk kedepan penulis kira perlu perhatian khusus membahas kegiatan KKN ini dengan system dan evaluasi yang jelas agar memberikan kemajuan tidak hanya bagi mahasiswanya tapi lebih-lebuh kemajuan secara berkala buat masyarakat kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar